Tajuk Karangan

Makanan dan MinumanHukum Islam Tentang Makanan - MinumanDunia di era globalisasi memang serba memusingkan. Mau ini salah, mau itu juga salah. Karena kita telah mengenal segala sesuatu dengan cara pintas dan tidak baik. Banyak terjadi kemungkaran di mana-mana. Termasuk makanan dan minuman yang haram.....

Readmore

Larangan Sombong Dalam IslamLarangan Sombong Dalam IslamSuatu hari mungkin kita menemui suatu kemudahan dalam urusan kita. Orang lain bertanya kepada kita bagaimana cara anda menyelesaikan persoalan tersebut....

Readmore

Bencana Akibat Kemaksiatan - Sistem Yang BatilBencana Akibat Kemaksiatan - Sistem Yang BatilSungguh amat pilu negeri pertiwi kita. Bencana kembali melanda Indonesia, ini sejarah mencatat 3 bencana besar datang hampir bersamaan. Mulai dari bencana di Wasior, Papua,.....

Readmore

Kaum Terdahulu Yang DimusnahkanKaum Terdahulu Yang Dimusnahkan Sebenarnya, dari dulu telah terjadi kerusakan moral dan etika yang dikenal dengan zaman jahiliyah (kebodohan). Mereka adalah kaum yang dilaknat oleh Allah SWT dan diabadikan di dalam Al Quran...

Readmore

Kembali ke Al Quran - Hadis, Tegakkan Syariah IslamKembali ke Al Quran - Hadis, Tegakkan Syariah IslamDilema masyarakat kita tentang kebenaran suatu perkara atau hal yang sangat pelik sekali pun menjadi sesuatu yang tidak dapat ditentang. Sudah merupakan tuntutan jaman yang serba ingin cepat dan instan, membuat segalanya jadi kabur....

Readmore

Minggu, 05 Desember 2010

Comments Berperilaku Zuhud, Pilihan Cerdas Seorang Muslim


Dilema kehidupan dunia yang tak pernah membuat kita puas terkadang membuat pikiran kita pusing. Sejenak marilah kita merenung. Andaikan permohonan duniawi kita dikabulkan oleh Allah, hidup kita tak akan mencapai hingga fully satisfied (kepuasan mutlak). Oleh karena itu, terdapat pilihan perilaku hidup seorang muslim pintar yang disebut zuhud.

Kebanyakan masyarakat melihat sisi yang buruk mengenai perilaku ini. Berkaitan dengan zuhud terhadap persoalan duniawi, maka perlu diterangkan secara lebih rinci. Sebab orang-orang sufi dapat memaksudkan zuhud tersebut dengan melupakan makhluk, tidak mau memandang makhluk atau mengingkari keberadaan makhluk. Pengertian yang demikian adalah pemahaman yang keliru.

Jadi zuhud terhadap dunia, seperti dikatakan oleh Imam Ibnu Al Qoyyim rahimahullâh di atas, tidak berarti mengosongkan tangan menjadi hampa dari harta. Tetapi zuhud itu terletak di dalam hati. Yakni, agar hati tidak tergantung pada cinta dunia. Namun ketergantungannya hanya kepada Allâh Ta'ala saja dengan cara taat kepada-Nya, baik ia memiliki kesenangan duniawi ataupun tidak. Kadang, zuhud itu bisa terjadi bersama dengan kekayaan atau bersama dengan kemiskinan.

Pengetian Zuhud
Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. Terutama saat di hadapannya terbentang lebar kesempatan untuk meraih dunia dengan segala macam perbendaharaannnya. Apakah itu kekuasaan, harta, kedudukan, dan segala fasilitas lainnya. Karenanya, zuhud adalah karakteristik dasar yang membedakan antara seorang mukmin sejati dengan mukmin awam. Jika tidak memiliki keistimewaan dengan karakteristik ini, seorang mukmin tidak dapat dibedakan lagi dari manusia kebanyakan yang terkena fitnah dunia.

Menurut bahasa zuhud berasal dari kata “Zahada” yang berarti meninggalkan sesuatu yang di anggap remeh. Zuhud artinya menjauhkan hati dan pikiran dari kecintaan harta terhadap dunia harta sehingga kekayaaan tidak terlalu berarti. Zuhud bukan berarti menghindari harta kekayaan , namun kekayaan hanya di butuhkan sekedar untuk mencukupi kepentingan atau kebutuhan.

Orang zuhud selalu berpaling dari urusan harta benda, meskipun ia mampu mengumpulkannya. Orang zuhud hanya mencari hata benda, untuk memenuhi sandang, pangan, tempat tinggal, serta beberapa kebutuhan yang harus di penuhi. Orang zuhud selalu hidup sederhana dan menghindari kemewahan, karena orang yang tenggelam dalan kemewahan akan di hinggapi sifat sombong. Sifat zuhud merupakan pilihan , bukan karena keterpaksaan.

Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu'anhu berkata: “Dunia pasti akan pergi membelakangi, dan akhirat pasti akan datang menjelang. Masing-masing dari dunia maupun akhirat memiliki anak-anak generasi. Maka jadilah engkau anak generasi akhirat, dan jangan menjadi anak generasi dunia. Hari ini adalah hari beramal, tidak ada hisab (penghitungan amal). Sedangkan esok adalah hari hisab, tidak ada amal. Shahih Bukhari - Fathul Bari (XI/230)

Orang zuhud tidak pernah mengutamakan kenikmatan dunia, karena kenikmatan dunia hanya sementara, tidak kekal, dan hanya memperdaya manusia, seperti di jelaskan dalam Surat Ali Imron {3}: 185 :


"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah di sempurnakan pahalamu. Barang siapadi jauhkan dari neraka dan di masukkan dalam syurga, maka sesungguhnya ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain banyaklah kesenangan yang memperdayakan."

Membiasakan Perilaku Zuhud
Kita selaku umat muslim harus membiasakan untuk berperilakuzuhud, karena sikap zuhud akan mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan. Orang yang berperilaku zuhud selalu merasa puas terhadap karunia Allah dan tidak pernah merasa kurang.

Dengan berperilaku zuhud, kita akan terhindar dari godaan setan yang selalu membakar nafsu manusia untuk mencari kenikmatan dunia sebanyak-banyaknya. Bila manusia telah di kuasai nafsu, pasti ia akan celaka.

Perilaku zuhud merupakan ajaran Rasulullah SAW. Beliau mengharapkan agar umatnya berperilaku zuhud. Beliau menyuruh umatnya untuk lebuh mengutamakan kesengang akhirat dari pada kesenangan dunia, hal itu sesuai dengan firman Allah dalam surat Asy Syura {42}: 20 :


"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat."

Meluruskan Paham
Tidak termasuk zuhud yang dibenarkan dalam syari’at, apabila seseorang ingin hidup memutuskan diri sama sekali dari kesenangan dunia dan memisahkan diri dari keramaian untuk beribadah sepenuhnya kepada Allâh Ta'ala (tabattul). Sebagaimana dalam shahih Muslim:

Dari Sa’id bin Al Musayyib, sesungguhnya ia mendengar Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallâhu'anhu berkata: “Utsman bin Mazh’un ingin hidup bertabattul, namun Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam melarangnya. Kalaulah Beliau membolehkannya, tentu kami sudah melakukan kebiri. Dari : Shahih Muslim Syarah Nawawi, tahqiq dan takhrij Khalil Ma’mun Syiha (IX/180), no. 3392.

Jadi, zuhud yang dibenarkan dalam syariat ialah meninggalkan perkara mubah yang berlebihan, yang tidak dapat membantu ketaatan kepada Allâh Ta'ala, baik berupa makan, minum, pakaian, harta dan lain sebagainya. Sebagaimana perkataan Imam Ahmad “Zuhud ialah makan tetapi di bawah ukuran makan seperti umumnya, berpakaian, tetapi lebih sederhana dari umumnya, dan bahwa dunia hanyalah hari-hari yang hanya sebentar."

Sesungguhnya hakikat zuhud tidaklah sama dengan tasawuf. Dan tasawuf bukan zuhud. Sebab tasawuf telah terasuki keyakinan, pemikiran, filsafat dan perkara-perkara bid’ah. Zuhud tidak dicela oleh siapapun, sedangkan tasawuf dicela oleh para ulama Sunnah.

Sudahkan zuhud menjadi pilihan kita?

Wallahu a'lam bish shawab.