Jumat, 26 Februari 2010
2 Kebutuhan Berjihad
"Saya adalah orang Islam. Coba lihat Kartu Tanda Penduduk saya!" Protes salah seorang yang mendaftar suatu pekerjaan.
Kemudian setelah beberapa lama orang tersebut bekerja sebagai pimpinan di tempat tersebut, dia malah membuat keputusan yang merugikan kaum muslimin. Semisal meniadakan waktu untuk pegawai yang ingin shalat
Sebenarnya hal tersebut sudah banyak kita jumpai. Sebatas mencari pekerjaankah kita mencantumkan agama Islam di KTP? Ataukah kita benar-benar lupa akan hakikat kita sebagai seorang muslim sejati?
Hakikat Jihad
Setiap muslim dituntut untuk berjihad. Apapun jabatannya, posisinya di tengah masyarakat, sebagai anak maupun orang tua, sebagai guru atau dosen maupun murid (maklum saya masih pelajar...hehehe). Siapapun yang mengaku beriman tidak mungkin tinggal diam, menikmati kekacauan yang ada, berpangku tangan. Padahal dia mengetahui agama dan saudara sesama muslim terzalimi.
Oleh karena itu, jihad merupakan landasan dasar iman. Tanpa jihad, imannya menjadi lemah, mudah terpedaya oleh rayuan syaitan dan tidak bernilai sama sekali. Dalam diri muslim seharusnya terdapat keinginan yang bergojolak, berambisi, menggebu-gebu untuk memebuhi panggilan jihad.
Jaminan Allah
"Wah, kalau begitu waktu yang digunakan di dunia apakah hanya untuk berjihad saja? Apakah tidak ada imbalan yang pantas bagi orang yang berjihad di jalan Allah?
Saudaraku seiman dan seagama. Allah telah berjanji di dalam QS. At Taubah {9}: 111
" Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al qur'an. Siapakah yang lebih menempati janjinya daripada Allah? Sebab itu bergembiralah dengan jual beli yang kamu lakukan itu, dan itulah keberutungan yang besar."
Kalau demikian, apakah kita rugi? Padahal Allah telah menjanjikan suatu keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan (mungkin) pekerjaan kita, atau perdagangan kita. Siapakah yang janjinya lebih tepat selain Allah?
Kendala Jihad?
Sebenarnya apabila diniatkan hati untuk berjihad, segala kemudahan yang Allah berikan selalu ada. Sebenarnya diri kitalah yang membuat terasa berat. Kita terlena terhadap perhiasan dunia, gemerlap dunia, kesenangan yang hanya sesaat dan tidak ada artinya dibandingkan dengan kesenangan di akhirat yang kekal sebagaimana Allah katakan dalam QS. Ali Imran {3}:4
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita, anak-anak, dan harta benda yang banyak seperti emas, perak, kuda pilihan, binatang peliharaan dan sawah ladang. Semuanya adalah kesenangan dunia, dan di sisi Allah ada tempat kembali yang baik".
Siapa yang tidak ingin mendapat tempat kembali (tempat tinggal) yang baik? Jaman sekarang yang semuanya serba susah dan mahal di mana manusia berlomba-lomba membangun rumah megah dengan biaya yang tidak cukup bila dimasukkan di dompet atau saku Anda. Bayangkan, hanya Allah yang berani memberikan jaminan kesudahan yang baik apabila kita memenuhi panggilan Allah untuk berjihad.
Arah dan Tujuan Hidup
Tidak ada tawar-menawar dalam urusan agama. Kita yang berbelanja di toko swalayan atau bahasa modernnya "Mall", kita tidak protes. Memang dari dulu "Mall" tidak ada barang yang boleh ditawar melainkan sesuai dengan harga yang dicantumkan. Kita memang dituntut untuk berjihad dengan sepenuh hati dan tanpa tawaran melainkan perintah jihad sendiri telah ada dalam kitab Al qur'an dan Hadist.
Dalam riwayat Thabrani dari Ka'ab ibn Ujrah ra, dikisahkan bahwa:
Telah lewat seorang pria di hadapan Nabi. Para sahabat yang melihat ketegapan dan ketangkasan pria itu lantas berkomentar. "Alangkah baiknya jika orang ini (berperang ) pada jalan Allah!"
Rosulullah menyahut, "Seandainya ia keluar untuk berusaha demi kipentingan anak-anaknya yang masih kecil itu adalah fi sabilillah. Kalau ia berusaha untuk kedua orang tuanya yang telah lanjut usia, maka ia pada jalan Allah. Dan jika ia berusaha untuk dirinya sendiri agar terpelihara kehormatannya, ia pun pada jalan Allah. Akan tetapi jika ia berusaha karena riya dan merasa bangga, maka dia pada jalan setan."
Marilah segera kita atur hidup kita untuk berjihad. Disegala aspek dan bidang yang kita terjun di dalamnya. Insya Allah, kita akan dimudahkan jalannya oleh Allah SWT.
Wallahu a'lam bish shawab.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 comments:
assalamualaikum!
hai, salam kenal ya!
teimakasih sudah mengunjungi blog saya
Mohon Tinggalkan Komentar tetapi jangan mengandung unsur SARA dan Spam!