Selasa, 25 Oktober 2011
Apa Yang Salah Sehingga Doaku Belum Terkabulkan?
2011-10-25T13:20:00+07:00Firman Azka's BlogAkhlak|Amalan Utama|
Comments
Apa Yang Salah Sehingga Doaku Belum Terkabulkan?
"Sekali lagi bukan doa", kata seorang pemuda kepada adiknya, "Tapi usaha". "Lalu mengapa kita diperintahkan untuk tetap berdoa?" Adiknya dengan cepat membalas. "Lalu, apakah permintaanmu kemarin sudah dikabulkan?" Sahut pemuda itu. Adiknya pun terdiam, setengah bingung dan tak tau ingin menjawab apa.
Tak hanya kedua insan itu, kita terkadang juga demikian. Bingung dan kecewa. Mengapa Allah lama atau bahkan seolah tak mengabulkan doa kita. Sehingga doa pun kian lama kian ditinggalkan oleh umat Islam dalam segala kehidupan mereka. Terbawa oleh pemikiran rasional yang liberalis. Lalu bagaimana kedudukan doa itu sebenarnya?
Sudah Patuhkah Kita?
Boleh jadi terkabulnya do’a tersebut tertunda. Boleh jadi pula Allah mengganti permintaan tadi dengan yang lainnya dan pasti pilihan Allah adalah yang terbaik. Namun fitrah manusia selalu meminta kepada yang terbaik menurutnya, padahal belum tentu baik menurut Allah. Karena Allah-lah yang menciptakan manusia, hewan, tumbuhan, mahluk hidup hingga bumi dan seisinya dengan langit-langit bertingkat-tingkat tanpa tiang. Allah pula yang menjadikan gunung-gunung sebagai pasak yang hidup. Tidak mungkin Sang Maha Pencipta tidak tahu apa yang ada pada mahluk-Nya.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186).
Ayat di atas menyebutkan, seolah-olah Allah akan mengabulkan doa bagi siapa pun dari hamba-Nya yang meminta. Namun kita lupa pada keterangan berikutnya yang selama ini jarang kita perhatikan.
Hendaknya seorang muslim juga tetap beriman dan menjalankan perintah Allah sehingga tetap dalam jalan kebenaran, itulah yang luput. Maka janganlah lupa bahwa di samping berdoa, sebagai seorang muslim kita tetap harus kontinyu dalam ibadah kita. Bukan hanya ketika ingin doa kita dikabulkan.
Berdoa Dengan Sungguh-Sungguh
Lisan berkata kadang tak senada dengan hati yang berkehendak. Tak semua kebaikan yang keluar dari mulut kita itu utusan murni dari niat yang suci. Kebanyakan kita lalai. Bahkan Rasulullah telah berpesan kepada umatnya.
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Allah tidak akan mengabulkan doa hambanya bila tidak diniatkan dengan sungguh-sungguh. Karena Allah Maha Mengetahui segala isi hati dan Maha Kuasa membolak-balikkan hati. Bermula dari niat pun kebaikan bisa mendapat pahala walaupun belum terlaksana.
Yakin dan Tawakal
Kok belum dikabulkan, ya? Buang jauh-jauh anggapan itu. Hal ini juga menjadi hal yang bisa membuat doa tidak terkabul. Seolah-olah Allah tak mampu mengabulkan permohonan hamba-Nya atau pesimis. Hendaknya kita hilangkan kebiasaan kita meragukan dikabulkannya doa itu.
Berserah diri setelah usaha kita lakukan. Hanya kepada Allah tempat kembali segala urusan. Tak semua yang kita inginkan itu baik bagi Allah. Dan tak semua yang buruk bagi kita itu buruk bagi Allah. Konsekuensinya, apa pun yang terjadi kita harus menerima bila kita bersandar pada pilihan Allah sebagaimana dalam satu kitab:
“Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan (yang Allah) berlakukan (bagi hamba-Nya)” (Lihat Siyaru A’laamin Nubalaa’ 3/262 dan Al Bidaayah wan Nihaayah 8/39).
Wallahu a'lam bish shawab. ***
Tak hanya kedua insan itu, kita terkadang juga demikian. Bingung dan kecewa. Mengapa Allah lama atau bahkan seolah tak mengabulkan doa kita. Sehingga doa pun kian lama kian ditinggalkan oleh umat Islam dalam segala kehidupan mereka. Terbawa oleh pemikiran rasional yang liberalis. Lalu bagaimana kedudukan doa itu sebenarnya?
Sudah Patuhkah Kita?
Boleh jadi terkabulnya do’a tersebut tertunda. Boleh jadi pula Allah mengganti permintaan tadi dengan yang lainnya dan pasti pilihan Allah adalah yang terbaik. Namun fitrah manusia selalu meminta kepada yang terbaik menurutnya, padahal belum tentu baik menurut Allah. Karena Allah-lah yang menciptakan manusia, hewan, tumbuhan, mahluk hidup hingga bumi dan seisinya dengan langit-langit bertingkat-tingkat tanpa tiang. Allah pula yang menjadikan gunung-gunung sebagai pasak yang hidup. Tidak mungkin Sang Maha Pencipta tidak tahu apa yang ada pada mahluk-Nya.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186).
Ayat di atas menyebutkan, seolah-olah Allah akan mengabulkan doa bagi siapa pun dari hamba-Nya yang meminta. Namun kita lupa pada keterangan berikutnya yang selama ini jarang kita perhatikan.
Hendaknya seorang muslim juga tetap beriman dan menjalankan perintah Allah sehingga tetap dalam jalan kebenaran, itulah yang luput. Maka janganlah lupa bahwa di samping berdoa, sebagai seorang muslim kita tetap harus kontinyu dalam ibadah kita. Bukan hanya ketika ingin doa kita dikabulkan.
Berdoa Dengan Sungguh-Sungguh
Lisan berkata kadang tak senada dengan hati yang berkehendak. Tak semua kebaikan yang keluar dari mulut kita itu utusan murni dari niat yang suci. Kebanyakan kita lalai. Bahkan Rasulullah telah berpesan kepada umatnya.
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Allah tidak akan mengabulkan doa hambanya bila tidak diniatkan dengan sungguh-sungguh. Karena Allah Maha Mengetahui segala isi hati dan Maha Kuasa membolak-balikkan hati. Bermula dari niat pun kebaikan bisa mendapat pahala walaupun belum terlaksana.
Yakin dan Tawakal
Kok belum dikabulkan, ya? Buang jauh-jauh anggapan itu. Hal ini juga menjadi hal yang bisa membuat doa tidak terkabul. Seolah-olah Allah tak mampu mengabulkan permohonan hamba-Nya atau pesimis. Hendaknya kita hilangkan kebiasaan kita meragukan dikabulkannya doa itu.
Berserah diri setelah usaha kita lakukan. Hanya kepada Allah tempat kembali segala urusan. Tak semua yang kita inginkan itu baik bagi Allah. Dan tak semua yang buruk bagi kita itu buruk bagi Allah. Konsekuensinya, apa pun yang terjadi kita harus menerima bila kita bersandar pada pilihan Allah sebagaimana dalam satu kitab:
“Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan (yang Allah) berlakukan (bagi hamba-Nya)” (Lihat Siyaru A’laamin Nubalaa’ 3/262 dan Al Bidaayah wan Nihaayah 8/39).
Wallahu a'lam bish shawab. ***
Apa Yang Salah Sehingga Doaku Belum Terkabulkan?
2011-10-25T13:20:00+07:00
Firman Azka's Blog
Akhlak|Amalan Utama|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)