Senin, 13 September 2010
Sudahkah Idul Fitri Menggambarkan Kita Sebagai Pemenang?
2010-09-13T12:08:00+07:00Firman Azka's BlogMotivasi|Ramadhan|
Comments
Sudahkah Idul Fitri Menggambarkan Kita Sebagai Pemenang?
Hari raya Idul Fitri, seolah menjadi satu-satunya hari di mana semua muslim bersuka ria menyambut datangnya hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa di Bulan Ramadhan. Padahal jika kita mau introspeksi dan jujur, kondisi riil umat Islam hari ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan mereka masih jauh dari apa yang dikatakan sebagai pemenang dalam berbagai lapangan kehidupan, baik di tingkat lokal, regional dan apalagi tingkat global.
Melirik Kasus
Terlihat dan nampak jelas bahwa di sana sini masih terlihat dengan nyata berbagai persoalan yang sedang melilit kehidupan umat Islam di berbagai bidang kehidupan, khususnya di negeri yang penduduknya mayoritas Muslim dan yang menduduki komunitas Muslim terbesar di dunia saat ini.
Di antara persoalan tersebut ialah :
1). Krisis ekonomi yang tak kunjung teratasi, kendati sudah berganti-ganti pemerintahan sebanyak empat kali di era reformasi atau selama 12 tahun belakangan. beberapa penelitian menunjukkan sekitar 100 juta jiwa saudara kita di negeri ini hidup dalam kemiskinan yang pendapatan mereka sekitar Rp 5.000 perhari.
2). Pengangguran yang semakin meningkat tajam.
3). Kehidupan politik para politisi dan partai-partai politik yang semakin menyimpang serta tidak jelas arah perjalanan dan tujuannya.
4). Partai yang tadinya menamakan diri partai Islam atau dakwah tanpa malu meninggalkan identitas keislamannya dan menyatakan terus terang tidak akan memperjuangkan tegaknya syari’at Allah di atas bumi yang diciptakan-nya.
5). Badan-Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masih saja menjadi sapi perah para birokrasi serta politisi dan pengusaha yang seharusnya sudah saatnya dikelola secara amanah dan profesional agar menjadi perushaan-perusahaan profit dan handal serta siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan global yang sudah menyerbu negeri ini.
6). Kepemimpinan dan manajemen pengelolaan negara dalam semua tingkat di pemerintahan yang belum juga profesional dan amanah.
7). Kebijakan pembangunan yang belum juga berpihak dan menyentuh kehidupan masyarakat lemah, khususnya pertanian, nelayan, pedagang kecil dan sebagainya.
8). Budaya kehidupan masyarakat yang semakin barat, bebas dan hedonis.
9). Akhlak masyarakat yang semakin rusak, khususnya di kalangan generasi muda. Padahal generasi muda adalah suatu hal yang mutlak diperlukan demi berlangsungnya regenerasi suatu bangsa dan kaum. Baca selengkapnya.
10). Ancaman penyebaran narkoba, pornografi dan porno aksi di kalangan masyarakat yang semakin meningkat tajam dan bebas, khususnya yang dipropagandakan oleh media masa yang semakin bebas dan tidak terkontrol oleh negara, baik media cetak maupun elektronik, dengan berdalih kebebasan pers, ekspresi budaya, hak asasi manusia dan sebagainya.
11). Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang tidak kunjung meningkat disebabkan kegagalan dalam merancang konsep dan manajemen pendidikan serta kurangnya perharian pada dunia pendidikan formal dan informal.
12). Birokrasi buruk peninggalan Orde Baru yang tak kunjung tersentuh oleh angin Reformasi.
13). Para penyelenggara negara, eksekutif, legislatif, yudikatif yang masih meneruskan parktik dan budaya KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) untuk mengejar kekayaan pribadi dan kelompok termasuk pengumpulan dana partai-partai untuk pemiliu dan pemilukada di berbagai daerah.
14). Dominasi dan pengaruh asing terhadap negara dan pemerintahan dalam bidang ekonomi, politik, pertahanan dan kemanan negara (militer dan intelijen) baik yang dilakukan negera seperti amerika dan singapura maupun lembaga seperti Perserikan Bangsa-Bangsa (PBB), International Monetray Fund (IMF), World Bank (Bank Dunia) maupun oleh perusahaan-perusahaan raksasa asing seperti Freeport, Exxon Mobile dan sebagainya. dominasi tersebut semakin hari malah semakin merajalela dalam semua lapangan ekonomi dan bisni sehingga telah menjadi sebuah penjajahan ekonomi kapitalisme global terhadap ekonomi kerakyatan kita.
Lantas di mana letak kemenangannya?
Evaluasi Ramadhan
Sebab itu mari kita evaluasi lagi dengan jujur Ramadhan yang baru saja kita lewati, sambil merendahkan hati dan diri kita kepada Allah. Kita bertanya lagi kepada diri kita sendiri :Sudah berapa kali, sudah berapa puluh kali kita merlewati Ramadhan?
Kita tanya lagi diri kita : Sudahkah saya melaksanakan Ramadhan dengan segala konsekuensinya dengan benar dan maksimal? Sebab kalau sudah, Ramadhan, dan juga ibadah lainnya, pasti mampu mencetak kita menjadi manusia yang memiliki sifat dan karaketer pemenang dan sukses atau apa yang disebut dengan “muttaqin”. Baca selengkapnya.
Sebab itu, taqwa tidak dapat diraih dengan angan-angan kosong. ia hanya dapat dimiliki dengan keimanan yang kuat, menjadikan al-qur’an sebagai petunjuk hidup, memiliki kepedulian/tanggung jawab sosial yang tinggi, membentuk diri menjadi ahli ibadah, memiliki akhlak mulia/moralitas yang tinggi dan kepribadian yang kuat, stabil, tidak mudah goyah, apalagi berubah-rubah bagaikan baling-baling di atas bukt, seperti yang Allah jelasakan dalam surat Al Baqarah {2}:177
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.
Dari ayat di atas terlihat 5 kriteria dasar orang-orang yang bertaqwa yang sukses dan pantas menjadi pemenang dan bahagia, termasuk di hari raya seperti ini :
1). Keimanan yang bersih dan kuat, sesuai dengan rukun iman yang enam.
2). Kepedulian sosial yang tinggi dengan meginfakkan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak yatim, orang miskin, ibnussabil, orang yang meminta-minta karena tidak punya dan untuk memerdekakan hamba.
3). Menjadi ahli ibadah dengan menegakkan sholat Fardhu, Zakat dan ibadah lainnya.
4). Memiliki akhlak mulia dalam berinteraksi dengan manusia seperti menunaikan janji, jujur dan sebagainya.
5). Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten ditandai dengan sabar dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian dalam kehidupan ini tanpa harus berkeluh kesah, apalagi menggadaikan agama dan negeri serta berputus asa.
Mudah-mudahan sedikit ulasan ini cukup bagi kita untuk mengintrospeksi diri: Pantaskah bila kita dikatakan seorang pemenang? Jawabannya, terletak pada kalbu kita masing-masing. Jika memang: Ya, Benar! Kami adalah pemenang! Maka buktikanlah dengan menjadi seorang muslim sejati dan sekali lagi bahwa kita masih layak menjadi pemenang setelah Hari Idul Fitri.
Wallahu a'lam bish shawab.***
Melirik Kasus
Terlihat dan nampak jelas bahwa di sana sini masih terlihat dengan nyata berbagai persoalan yang sedang melilit kehidupan umat Islam di berbagai bidang kehidupan, khususnya di negeri yang penduduknya mayoritas Muslim dan yang menduduki komunitas Muslim terbesar di dunia saat ini.
Di antara persoalan tersebut ialah :
1). Krisis ekonomi yang tak kunjung teratasi, kendati sudah berganti-ganti pemerintahan sebanyak empat kali di era reformasi atau selama 12 tahun belakangan. beberapa penelitian menunjukkan sekitar 100 juta jiwa saudara kita di negeri ini hidup dalam kemiskinan yang pendapatan mereka sekitar Rp 5.000 perhari.
2). Pengangguran yang semakin meningkat tajam.
3). Kehidupan politik para politisi dan partai-partai politik yang semakin menyimpang serta tidak jelas arah perjalanan dan tujuannya.
4). Partai yang tadinya menamakan diri partai Islam atau dakwah tanpa malu meninggalkan identitas keislamannya dan menyatakan terus terang tidak akan memperjuangkan tegaknya syari’at Allah di atas bumi yang diciptakan-nya.
5). Badan-Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masih saja menjadi sapi perah para birokrasi serta politisi dan pengusaha yang seharusnya sudah saatnya dikelola secara amanah dan profesional agar menjadi perushaan-perusahaan profit dan handal serta siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan global yang sudah menyerbu negeri ini.
6). Kepemimpinan dan manajemen pengelolaan negara dalam semua tingkat di pemerintahan yang belum juga profesional dan amanah.
7). Kebijakan pembangunan yang belum juga berpihak dan menyentuh kehidupan masyarakat lemah, khususnya pertanian, nelayan, pedagang kecil dan sebagainya.
8). Budaya kehidupan masyarakat yang semakin barat, bebas dan hedonis.
9). Akhlak masyarakat yang semakin rusak, khususnya di kalangan generasi muda. Padahal generasi muda adalah suatu hal yang mutlak diperlukan demi berlangsungnya regenerasi suatu bangsa dan kaum. Baca selengkapnya.
10). Ancaman penyebaran narkoba, pornografi dan porno aksi di kalangan masyarakat yang semakin meningkat tajam dan bebas, khususnya yang dipropagandakan oleh media masa yang semakin bebas dan tidak terkontrol oleh negara, baik media cetak maupun elektronik, dengan berdalih kebebasan pers, ekspresi budaya, hak asasi manusia dan sebagainya.
11). Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang tidak kunjung meningkat disebabkan kegagalan dalam merancang konsep dan manajemen pendidikan serta kurangnya perharian pada dunia pendidikan formal dan informal.
12). Birokrasi buruk peninggalan Orde Baru yang tak kunjung tersentuh oleh angin Reformasi.
13). Para penyelenggara negara, eksekutif, legislatif, yudikatif yang masih meneruskan parktik dan budaya KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) untuk mengejar kekayaan pribadi dan kelompok termasuk pengumpulan dana partai-partai untuk pemiliu dan pemilukada di berbagai daerah.
14). Dominasi dan pengaruh asing terhadap negara dan pemerintahan dalam bidang ekonomi, politik, pertahanan dan kemanan negara (militer dan intelijen) baik yang dilakukan negera seperti amerika dan singapura maupun lembaga seperti Perserikan Bangsa-Bangsa (PBB), International Monetray Fund (IMF), World Bank (Bank Dunia) maupun oleh perusahaan-perusahaan raksasa asing seperti Freeport, Exxon Mobile dan sebagainya. dominasi tersebut semakin hari malah semakin merajalela dalam semua lapangan ekonomi dan bisni sehingga telah menjadi sebuah penjajahan ekonomi kapitalisme global terhadap ekonomi kerakyatan kita.
Lantas di mana letak kemenangannya?
Evaluasi Ramadhan
Sebab itu mari kita evaluasi lagi dengan jujur Ramadhan yang baru saja kita lewati, sambil merendahkan hati dan diri kita kepada Allah. Kita bertanya lagi kepada diri kita sendiri :Sudah berapa kali, sudah berapa puluh kali kita merlewati Ramadhan?
Kita tanya lagi diri kita : Sudahkah saya melaksanakan Ramadhan dengan segala konsekuensinya dengan benar dan maksimal? Sebab kalau sudah, Ramadhan, dan juga ibadah lainnya, pasti mampu mencetak kita menjadi manusia yang memiliki sifat dan karaketer pemenang dan sukses atau apa yang disebut dengan “muttaqin”. Baca selengkapnya.
Sebab itu, taqwa tidak dapat diraih dengan angan-angan kosong. ia hanya dapat dimiliki dengan keimanan yang kuat, menjadikan al-qur’an sebagai petunjuk hidup, memiliki kepedulian/tanggung jawab sosial yang tinggi, membentuk diri menjadi ahli ibadah, memiliki akhlak mulia/moralitas yang tinggi dan kepribadian yang kuat, stabil, tidak mudah goyah, apalagi berubah-rubah bagaikan baling-baling di atas bukt, seperti yang Allah jelasakan dalam surat Al Baqarah {2}:177
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.
Dari ayat di atas terlihat 5 kriteria dasar orang-orang yang bertaqwa yang sukses dan pantas menjadi pemenang dan bahagia, termasuk di hari raya seperti ini :
1). Keimanan yang bersih dan kuat, sesuai dengan rukun iman yang enam.
2). Kepedulian sosial yang tinggi dengan meginfakkan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak yatim, orang miskin, ibnussabil, orang yang meminta-minta karena tidak punya dan untuk memerdekakan hamba.
3). Menjadi ahli ibadah dengan menegakkan sholat Fardhu, Zakat dan ibadah lainnya.
4). Memiliki akhlak mulia dalam berinteraksi dengan manusia seperti menunaikan janji, jujur dan sebagainya.
5). Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten ditandai dengan sabar dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian dalam kehidupan ini tanpa harus berkeluh kesah, apalagi menggadaikan agama dan negeri serta berputus asa.
Mudah-mudahan sedikit ulasan ini cukup bagi kita untuk mengintrospeksi diri: Pantaskah bila kita dikatakan seorang pemenang? Jawabannya, terletak pada kalbu kita masing-masing. Jika memang: Ya, Benar! Kami adalah pemenang! Maka buktikanlah dengan menjadi seorang muslim sejati dan sekali lagi bahwa kita masih layak menjadi pemenang setelah Hari Idul Fitri.
Wallahu a'lam bish shawab.***
Sudahkah Idul Fitri Menggambarkan Kita Sebagai Pemenang?
2010-09-13T12:08:00+07:00
Firman Azka's Blog
Motivasi|Ramadhan|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)